Tahun 2024 telah berlalu, namun catatannya terukir dengan tinta merah di sejarah klimatologi China. Suhu rata-rata di Negeri Tirai Bambu mencapai titik tertinggi sepanjang masa, mengalahkan rekor sebelumnya dan memicu kekhawatiran akan dampak perubahan iklim yang semakin nyata. Fenomena ini bukan hanya sekedar angka di atas kertas, tetapi juga pertanda akan tantangan serius yang harus dihadapi oleh China dan dunia.

2024: Tahun Terpanas dengan Suhu Ekstrem

Berdasarkan data dari Badan Meteorologi China (CMA), suhu rata-rata nasional pada tahun 2024 mencapai 10,92 derajat Celsius. Angka ini melampaui rekor sebelumnya di tahun 2023 sebesar 10,86 derajat Celsius. Peningkatan suhu ini diiringi dengan serangkaian cuaca ekstrem yang melanda berbagai wilayah di China, mulai dari gelombang panas, kekeringan, banjir, hingga badai topan.

Penyebab Lonjakan Suhu Ekstrem

Para ahli menyatakan bahwa lonjakan suhu ekstrem di China pada tahun 2024 dipicu oleh beberapa faktor, di antaranya:

  • Perubahan iklim global: Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menyebabkan peningkatan suhu rata-rata global. China, sebagai negara dengan populasi terbesar dan salah satu emitor karbon terbesar di dunia, sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim.
  • El Nino: Fenomena iklim El Nino yang terjadi pada tahun 2023 dan 2024 menyebabkan peningkatan suhu air laut di Samudra Pasifik, yang berdampak pada pola cuaca global, termasuk di China.
  • Urbanisasi dan efek pulau panas: Pertumbuhan kota yang pesat dan berkurangnya ruang terbuka hijau menyebabkan peningkatan suhu di perkotaan (efek pulau panas).

Dampak Suhu Ekstrem bagi China

Lonjakan suhu ekstrem di China pada tahun 2024 telah menimbulkan berbagai dampak negatif, antara lain:

  • Gangguan kesehatan: Gelombang panas menyebabkan peningkatan kasus penyakit yang berhubungan dengan panas, seperti heatstroke dan dehidrasi.
  • Krisis air: Kekeringan yang melanda beberapa wilayah menyebabkan kekurangan air bersih dan menghambat produksi pertanian.
  • Kerugian ekonomi: Cuaca ekstrem menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan, terutama di sektor pertanian, pariwisata, dan infrastruktur.
  • Kerusakan lingkungan: Suhu yang tinggi dan cuaca ekstrem dapat merusak ekosistem dan keanekaragaman hayati.

Upaya China Mengatasi Perubahan Iklim

Pemerintah China telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi perubahan iklim dan mengurangi emisi karbon, di antaranya:

  • Menetapkan target netralitas karbon: China berkomitmen untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2060.
  • Mengembangkan energi terbarukan: China masif berinvestasi dalam pengembangan energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin.
  • Meningkatkan efisiensi energi: China menerapkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan efisiensi energi di berbagai sektor.
  • Melakukan reboisasi dan penghijauan: China melakukan program penanaman pohon dan penghijauan untuk menyerap karbon dioksida dari atmosfer.

Tantangan dan Peluang bagi China

China menghadapi tantangan yang besar dalam mengatasi perubahan iklim. Sebagai negara berkembang dengan populasi yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang pesat, China membutuhkan energi yang sangat besar. Transisi dari energi fosil ke energi terbarukan membutuhkan investasi yang sangat besar dan perubahan struktur ekonomi yang signifikan.

Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat juga peluang bagi China. Pengembangan energi terbarukan dan teknologi hijau dapat menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 1 China juga dapat menjadi pemimpin global dalam inovasi teknologi iklim dan memanfaatkannya untuk meningkatkan daya saing di pasar global.

Pelajaran bagi Indonesia

Fenomena suhu ekstrem di China seharusnya menjadi peringatan bagi Indonesia. Sebagai negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, Indonesia perlu mengambil langkah-langkah antisipatif untuk mengurangi emisi karbon dan beradaptasi dengan perubahan iklim.

Indonesia dapat belajar dari pengalaman China dalam mengembangkan energi terbarukan, meningkatkan efisiensi energi, dan melakukan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Kerja sama internasional juga sangat penting dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global.

Rekor suhu terpanas di China pada tahun 2024 adalah sebuah pertanda akan dampak perubahan iklim yang semakin nyata. China menghadapi tantangan yang besar dalam mengatasi perubahan iklim, namun juga memiliki peluang untuk menjadi pemimpin global dalam pengembangan ekonomi hijau dan teknologi iklim. Indonesia perlu mewaspadai ancaman perubahan iklim dan mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengurangi emisi karbon dan beradaptasi dengan dampaknya.